Turyati


Hilangnya Buku Tasya

Sekolah baru saja di mulai tiga hari yang lalu setelah libur panjang yang menyenangkan. Akan tetapi sudah ada murid-murid yang mendapatkan hukuman dari Ibu Guru, salah satunya Si Tasya. Semuanya  berawal ketika Tasya ketahuan Ibu guru tidak mengerjakan tugas. Setelah ditanya kenapa, ternyata Tasya kehilangan buku-bukunya. Buku-bukunya dia tinggalkan semuanya di loker kelas karena tidak muat di tasnya.. Ketika ditanya kenapa semua buku dibawa semua, Tasya diam, bingung hendak menjawab apa. Ibu Guru sebenarnya sudah tahu kalau muridnya tersebut memang  suka memamerkan barang-barang miliknya. Teman-teman sekelas Tasya juga sudah tahu, tanpa terkecuali teman sebangkunya Tasya, Si Wawa penggemar detective Conan.
Tasya dan Wawa adalah anak yang paling kaya di kelas, akan tetapi sifat mereka sangat berbeda. Tasya sering membawa barang-barang mahal miliknya untuk dipamerkan ke teman-teman, sedangkan Wawa tidak pernah seperti itu.  Sama seperti tiga hari yang lalu, tepatnya hari senin setelah upacara bendera. Tasya memamerkan alat-alat sekolahnya yang serba baru.  Termasuk buku-buku tulis bersampul tokoh-tokoh dalam animasi Frozen, yang katanya dia ‘edisi terbatas’.
Hilangya buku Tasya tentunya mengusik pikiran Wawa yang hoby membaca cerita detective Conan. Ketika bel keluar main berbunyi, Wawa langsung bertanya ke Tasya kapan ia mulai menyadari kalau buku-bukunya telah hilang. Tasya bilang tidak tahu persis, karena sejak dia menyimpan buku-bukunya dalam loker pada hari senin, dia tidak pernah membukanya lagi.  Mendengar keterangan dari Tasya, Wawa menyimpulkan bahwa pencurinya kemungkinan besar mengambil buku Tasya pagi-pagi sebelum teman-teman yang lain datang  atau pada siang hari ketika teman-teman sudah pulang semua.

Turyati


Siapa Wali Nikahku
Oleh : Turyati

“Apa aku tidak boleh memilih dalam hal ini, menentukan sesuatu berdasarkan kemauanku dan pembenaranku,” aku masih saja bermonolog dengan pikiranku sendiri. Mengingat sebulan lagi adalah hari pernikahanku dengan seorang laki-laki pilihanku.
“Kenapa Tuhan harus membuat ketentuan, kenapa tidak kita saja yang menentukan sendiri. Aku ingin ayah....” kata-kataku berhenti sebelum titik. kalimat-kalimat introgatif itu masih terus aku ocehkan. Meskipun aku sadar takkan ada satu pun orang yang menyahutinya.
Jika hidup itu seperti choise dialog dalam sebuah aplikasi tentu semua orang akan memilih option yang paling menguntungkan. Jika takdir itu tidak pernah ada mungkin jalan hidup setiap orang akan mulus dan straight di jalan yang sesuai planning. Tuhan telah membuat ketentuan-ketentuan yang memang kadang tak seperti yang kita inginkan. Tapi, takdir Tuhan adalah takdir terbaik untuk hambanya. Pilihan manusia hanyalah soal emosi dan hasrat semata, tapi pilihan Tuhan itu segalanya. Kurang lebih seperti itu. Seperti pilihan Tuhan untukku.
Genap 23 tahun. Aku tak pernah tahu jika pada akhirnya aku sampai di angka itu, angka yang terlalu berat untuk dilalui begitu saja.  Dan sebentar lagi aku akan segera melepas masa lajangku, seorang politisi muda akan segera mempersuntingku. Aku bahagia, namun juga bingung. Bukan soal politsi mudaku, tapi soal wali nikahku nanti.
Sore ini, rona mega seperti menggantung, mungkin akan hujan mungkin juga hanya mendung. Angin belarian begitu saja, menyapa pohon hingga ke daun dan rantingnya. Suara-suara tukang jualan silih berganti, terkadang malah seperti beradu orasi. Suara-suara mereka terdengar jelas dari balik jendela kamarku.
“Siomay, may, siooomay. Tek tek tek,“ Mang siomay datang bersama gerobak pikul dan kotekannya.
“Tuk, gethuk gethuk, gethuk lindddddri,” seorang datang dari arah yang berlawanan menyunggi bakul yang berisi gethuk warna-warni. Putih, merah dan hijau diatasnya di taburi parutan kelapa, warga desa biasa menyebutnya Gethuk Lindri. Memang sedikit heran karena kali ini kedua penjual itu kutemukan di kompleks perumahan.

Turyati


Mahasiswa Abadi Membuang Waktu

Mahasiswa abadi merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Istilah mahasiswa abadi digunakan untuk menyebut mahasiswa yang masih aktif menempuh penddikan padahal sudah melampaui batas lulus wajar. Menjadi mahasiswa abadi itu berarti membuang-buang waktu untuk sesuatu yang kurang bermanfaat.
Seringkali mahasiswa mengkambing hitamkan organisasi sebagai penyebab gelar mahasiswa abadi yang disandangnya. Memang ketika seseorang menjadi aktivis dan terlibat dalam berbagai organisasi akan memperoleh ilmu lebih, karena bukan hanya ilmu dari ruang kuliah saja tapi juga dari alam terbuka. Namun hal ini menjadi keliru ketika mahasiswa mengatasnamakan pengalaman, kecintaan pada organisasai, solidaritas dan lain-lain sebagai alasan tetap menjadi mahasiswa padahal waktu studinya sudah melebihi batas wajar. Organisasi adalah hal tambahan dari serangkaian kuliah, sehingga kuliah tetap harus di nomor satukan. Berorganisasi dan lulus tepat waktu lebih positif dari pada harus menjadi mahasiswa abadi dengan sederet pengalaman yang sebenarnya dapat di gali lebih ketika mulai masuk dunia kerja.
Mahasiswa abadi dikhawatirkan tertinggal kurikulum. Seperti halnya sekolah dasar dan menengah, dalam perguruan tinggi pun kurikulumnya selalu di evaluasi. Sehingga seorang mahasiswa yang menempuh pendidikan sampai 7 tahun berpotensi mengalami 2 kurikulum yang berbeda. Ini justru akan mempersulit mahasiswa tersebut, karena arus melakukan penyesuaian lagi.
Kuliah tepat waktu lebih banyak utungnya daripada berlama-lama menjadi mahasiswa. Dengan lulus tepat waktu, mahasiswa dapat lebih dini mempersiapkan kariernya ketika mulai masuk dunia kerja. Selain itu, lulus tepat waktu juga meringankan beban orang tua. Orang tua tidak terus menerus mengeluarkan biaya untuk studi saja, pasti ada kebutuhan lain yang tidak kalah pentingnya. Menjadi mahasiswa abadi hanya merepotkan orang tua dan menambah beban hidupnya. Karena pada dasarnya harapan setiap orang tua adalah supaya anaknya dapat lulus tepat waktu dan segera mendapatka pekerjaan.
Dengan demikian, memang menjadi mahasiswa abadi berarti hanya membuang-buang waktu untuk sesuatu yang kurang bermanfaat. Dengan alasan apapun, termasuk kecintaan pada organisasi. Mahasiswa abadi berpotensi tertinggal kurikulum, bukankah lulus tepat waktu lebih banyak untungnya daripada harus terus menerus menjadi mahasiswa abadi.
Turyati


Sisi Lain Mahasiswa Abadi

Mahasiswa abadi adalah sebutan untuk mahasiswa yang sudah lama menempuh pendidikan tapi belum juga wisuda. Tentunya karena sejumlah alasan yang logis dan dapat diterima nalar. Ada sisi lain dibalik istilah mahasiswa abadi. Menjadi mahasiswa abadi tidak selalu identik dengan sesuatu yang negatif, bergantung hal apa yang melatar belakanginya.
Kehidupan ekonomi semua manusia tidaklah sama, ada yang serba berkecukupan ada pula yang pas-pasan bahkan kekurangan. Latar belakang ekonomi orangtua yang pas-pasan menuntut mahasiswa untuk kuliah sambil bekerja. Sayangnya pekerjaan memang membutuhkan waktu dan tanggung jawab yang sangat besar sehingga sering kali kuliah dinomor duakan. Bukan karena disengaja, tapi karena memang tidak ada pilihan lain. Pekerjaan yang tadinya dimaksudkan untuk membantu kuliah malah menghambat kuliah, tugas dan segala aktivitas tidak dapat dijlankan secara optimal. Pada akhirnya bertambah lama proses studi dan bergelar mahasiswa abadi.
Selain masalah kuliah sambil bekerja, aktif dalam organisasi juga termasuk dalam hal yang menyangkut mahasiswa abadi. Berorganisasi karena alasan yang positif, demi pengalaman dan demi kehidupan di masa yang akan datang bukanlah alasan yang salah. Terlebih itu masalah pilihan, bukan konsekuensi. Melalui organisasi mahasiswa dapat memperoleh ilmu seluas-luasnya di luar bangku kuliah. Bahkan ada yang beranggapan bahwa ruang kuliah hanya mengekang kreativitas mahasiswa. Justru dengan berorganisasi mahasiswa bebas mengeksplor kreatifitasnya, mencari ilmu di alam terbuka dengan berbagai diskusi dengan orang-orang yang berintegritas tinggi. Sangat salah ketika seseorang mengatakan bahwa organisasi menghambat kuliah. Ini hnaya soal manajemen waktu yang baik dan ketahanan personal. Menjadi aktivis memiliki keuntungan yang lebih banyak dari pada mahasiswa apatis. Hal ini berkaitan dengan dunia kerja dan kehidupan di masyarakat. Karena dunia kerja tidak hanya membutuhkan kualitas kesarjanaannya saja melainkan juga kualitas sosialisasinya.
Mahasiswa abadi bukanlah sebuah permasalahan baru yang tabu. Dengan demikian terdapat sisi lain dari mahasiswa abadi. Mahasiswa abadi tidaklah selalu identik dengan sesuatu yang bersifat negatif, bergantung hal apa yang melatar belakanginya. Tidak ada yang bisa disalahkan ketika menjadi mahasiswa abadi karena alasan ekonomi kemudian mahasiswa terpaksa kuliah sambil bekerja, dari pada harus tidak kuliah. Begitupun masalah organisasi, tidak ada yang salah ketika mahasiswa lulus tidak tepat waktu karena alasan organisasi. Nyatanya mahasiswa yang aktif di organisasi lebih kompeten dalam masyarakat di bandingkan mahasiswa apatis.
Turyati
17 kado untuk Chiecha
”Gimana Dis ? Chiecha udah sadar belum ?” Rivis terlihat panik sewaktu tahu kalau sahabatnya jatuh pingsan dilapangan basket.
“udah kok, dia nggak papa katanya cuma kecapekan aja.” Disti tersenyum menepuk pundak Rivis yang terus bergetar.
Chiecha adalah cewek manja yang lucu, imoet, dan ngegemesin banget. Siapa sih yang nggak suka sama dia, anaknya baik, ramah udah gitu cantik lagi. Tapi akhir-akhir ini kondisi tubuhnya terlihat drop abis. Dikit-dikit capek dikit-dikit pingsan pokoknya lemah banget Rivis adalah orang pertama yang khawatir banget sama keadaan Chiecha. Maklumlah, selain Chiecha adalah sahabat baiknya sekaligus cewek yang paling dia sayangi selama 2 tahun terakhir ini. Malangya, Rivis tak pernah punya keberanian seperti Yogi untuk mengatakan langsung pada Chiecha.
Malam itu Rivis memutar beberapa CD Rock untuk menenangkan gelisahnya. Jalan bolak-balik disamping ranjang tidurnya. Ya beginilah Rivis ketika tau kalo Chiecha kenapa-kenapa, nggak bakal bisa diam tidur dikamar. Dilihatnya kalender diatas meja belajarnya.
“20 hari lagi” telunjuknya meberpijak tepat diatas angka 2 pada kolom februari.                                                                                                                           ***
“kok udah sekolah sih Cha? Yakin lo udah baikan ? tampang masih pucet gitu dipaksain” Rivis khawatir jika  nanti terjadi sesuatu pada Chiecha.
“ih apaan sih lo. Gue nggak papa tahu. Liat nih gue sehat-sehat aja.” Pipinya ditepuk-tepuk beberapa kali.

Turyati


Bulir Peluh Ayah

Kulihat senyumnya mengembang setiap hari
Dia berdalih dari peliknya hidup
Urat menjulang di pelipis jadi saksi
Berkata kepala sudah jadi kaki
            Ayahku tampan berambut ikal bergelombang
            Mati – matian banting tulang
            Demi anak, demi harapan hari depan
            Mengadu asa lewat dinding –dinding sekolah
Ladang salak jadi kacamata
Dibawa kemana- mana, di harap kapan saja
Entah sudah berapa bulir keringat menetes
Membanjiri ladang – ladang tanpa irigasi
            Sungguh perjuangan selangit
            Perjuangan tanpa ukur tanpa batas
            Ayah, ingin segera kupersembahkan toga untukmu
            Untuk mengganti bullir peluh itu
Turyati


Hujan Milik Ibu

Rona senja menyapa kami dari ufuknya
bertanya mengapa horison begitu mempesona
Cik cik cik merdu nyanyian gemericik
Alunan berisik mengusik
            Senja berbeda, tiada senyum juga sanggul kecil ibu
            Mana jerit bisikannya di dua badannya
            Wahai pemilik baja,
senyummu menggantung saat malaikat datang
Hari ibu sudah tua, genap 9 bulan satu badannya
sudah waktunya sekarat
mencengkeram erat bahkan menggigit kawat  
lalu terdengar tarikan nafasmu tak teratur
            dan tangisan orokku memekik gendang telinga memecah ketegangan
            Tapi senyumm ibu masih menggantung
Adzan menggema di koridor klinik
            Alhamdulillah, genap siam sehari
Apalagi ini ?
Banjir darah, bak tumpah darah sember
Ibu pasrah dalam baringnya
Wanita baju putih itu bilang ‘kritis’   
            Hujan  memang milik ibu
Mobil melancong menembus hujan
            Keluarga, kerabat berbaris cemas 
            Mobil berhenti dalam hujan,
            Empunya nyawa sudah menjemput
Inallillahi
Diberdayakan oleh Blogger.